Selasa, 03 April 2012

Budidaya System of Rice Intensification (SRI) dengan pengendalian Agens Hayati


1.      Pengolahan lahan.
Pengolahan tanah secara sempurna yaitu tanah dibajak sedalam 25-30 cm sambil membenamkan sisa tanaman dan rerumputan, kemudian digemburkan dengan garu sampai terbentuk struktur lumpur yang sempurna lalu diratakan sebaik mungkin sehingga saat diairi, ketinggian air bisa merata.  Perlakuan pengembalian sisa bahan organik ketanah disertai penambahan bakteri pengurai.
2.      Penaburan Kompos
Penaburan kompos atau bahan organik lain 5-7 ton/ ha atau sesuai tingkat kesuburan tanah.
  1. Pemilihan benih
Sediakan air dalam ember dan beri garam.  Selanjutnya aduk sampai larut.  Masukkan telur itik sebagai indikator sampai telur mengapung.  Air siap digunakan untuk pemilihan benih bernas.  Selanjutnya masukkan benih yang diuji.  Aduk-aduk, selanjutnya benih yang tenggelam adalah benih yang bermutu.  Cuci dengan air biasa benih hasil seleksi sampai bersih.
  1. Perendaman dan Penganginan Benih
-    Benih bernas direndam selama 24-48 Jam.
-    Untuk menghindari hama belalang dan lainnya, dalam perendaman diberi daun mahoni yang sudah ditumbuk.
-    Setelah direndam, dianginkan (ditiris) selama 24 - 48 jam sampai berkecambah.
-    Jika penanaman di wilayah endemis Xantomonas orizae, perendaman benih bisa ditambahkan dengan Corine Bacterium dalam air rendaman dengan dosis 5 cc/ liter.
5.      Persemaian
-    Media persemaian dari campuran tanah dan pupuk organic dengan perbandingan 1 : 1 atau bisa campuran tanah, kompos, pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1
-    Masukkan media pada baki/ talam setebal 3-4 cm dengan alas dari daun pisang atau lainnya yang sudah dilemaskan.
-    Taburkan benih secara ,merata dan tutup dengan abu dapur/ pupuk organic/ tanah tipis-tipis.
-    Siram dengan sprayer asal basah dan ulangi penyiraman bila media kering
-    Hindari persemaian dari air hujan
-    Umur 5-7 (lima s.d tujuh) hari sudah siap tanam.
-    Persemaian bisa dilakukan dilahan seluas 1/5 dari luas lahan yang akan ditanami dengan penambahan pupuk organik/ kompos sebagai lapisan/ campuran media tanam.
6.      Tanam
-    Jarak tanam lebar (30 x 30 cm atau 40 x 40 cm atau 50 x 50 cm), air macak-macak
-    Pindah tanam tidak lebih dari 15 menit
-    Tanam tunggal, dangkal (sekitar 1 cm dalam tanah), dengan posisi perakaran membentuk huruf “L”
-    Dibuat saluran air dipinggir maupun tengah lahan, sesuai kondisi lahan.
-    Untuk wilayah endemis hama Penggerak batang, dilakukan aplikasi Pias Tricogramma pada 1 HST dengan 14 lembar/ Ha.
-    Untuk daerah yang sulit pengairan, saat penanaman sekaligus bisa ditambahkan fungi Mikoriza pertanaman sebanyak 1 (satu) sendok makan / sesuai kebutuhan lapang.

10 HST
7.      Penyulaman
- Penyulaman dilakukan sesuai kebutuhan
8.      Pengamatan Agroekosistem I
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangan antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
9.      Penyiangan I
- Penyiangan baik dengan mesin ataupun manual, dianjurkan dengan landak.
10.  Pemupukan I
Pemupukan Anorganik diberikan sesuai rekomendasi Dinas Pertanian atau kebiasaan petani setempat.  Salah satu contoh rekomendasi pemupukan pada usia tanaman 7-15 HST adalah : Urea 100 kg/Ha, SP-36 50 kg/Ha
11.  Penggenangan air (2 cm)
- Penyiraman dilakukan dengan menggenang air
12.  Penggunaan MOL I
-    Aplikasi MOL Hijauan/ bonggol pisang/ rebung bambu/ keong mas 400 cc/10 ltr air.
-    Aplikasi MOL I ini bisa juga dengan MOL dari daun Gamal dengan dosis 14 liter/ Ha
13.  Untuk wilayah endemis hama Penggerak batang, dilakukan aplikasi Pias Tricogramma dengan 14 lembar/ Ha.
14.  Jika kondisi tanaman ada serangan bakteri Xantomonas, perlu dilakukan aplikasi Corine Bacterium, Beauveria bassiana untuk serangga terutama belalang, Metharizium untuk serangga terutama wereng, Verticillium untuk serangga terutama kutu-kutuan, serta fungi Tricoderma untuk mengatasi busuk batang, akar, rebah kecambah, ataupun rebah tanaman.
15.  Aplikasi pestisida kimia bisa dilakukan pada alternatif terakhir setelah aplikasi agens hayati dan pestisida nabati yang tidak bisa menguasai keadaan lapang (Pengendalian dengan konsep PHT)
20 HST
16.  Pengamatan Agroekosistem II
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangan antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
17.  Pengamatan Biota Tanah
-    Dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan mikroorganisme dalam tanah yang mampu mendukung kesuburan biologis tanah.
18.  Penyiangan II
- Penyiangan baik dengan mesin ataupun manual, disarankan menggunakan landak.
19.  Pemupukan II
Pemupukan Anorganik diberikan sesuai rekomendasi Dinas Pertanian atau kebiasaan petani setempat.  Salah satu contoh rekomendasi pemupukan pada usia
tanaman 25-30 HST adalah : Urea 50 kg/Ha, Phonska 100 kg/Ha
20.  Penggenangan (2 cm diatas permukaan tanah)
- Penggenangan
21.  Penggunaan Mol II
-    Aplikasi MOL Hijauan/ bonggol pisang/ rebung bambu/ keong mas 400 cc/10 ltr air.
-    Aplikasi MOL II ini juga bisa dilakukan dengan pemberian MOL bonggol pisang saja dengan dosis 30 liter/Ha
22.  Untuk wilayah endemis hama Penggerak batang, dilakukan aplikasi Pias Tricogramma dengan 14 lembar/ Ha, dan jika terjadi serangan bisa diaplikasikan NEP (Nematoda Enthomopatogen) dengan dosis 1 ampul / 500 m2 untuk 1 tangki kapasitas 14 liter
23.  Jika kondisi tanaman ada serangan bakteri Xantomonas, perlu dilakukan aplikasi Corine Bacterium, Beauveria bassiana untuk serangga terutama belalang, Metharizium untuk serangga terutama wereng, Verticillium untuk serangga terutama kutu-kutuan, serta fungi Tricoderma untuk mengatasi busuk batang, akar, rebah kecambah, ataupun rebah tanaman.
24.  Aplikasi pestisida kimia bisa dilakukan pada alternatif terakhir setelah aplikasi agens hayati dan pestisida nabati yang tidak bisa menguasai keadaan lapang.
30 HST
25.  Pengamatan Agroekosistem III
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangna antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
26.  Penyiangan III
27.  Penggenangan (2 cm diatas permukaan tanah)
28.  Penggunaan MOL III
-    Aplikasi MOL Hijauan/ bonggol pisang/ rebung bambu/ keong mas 400 cc/10 ltr air.
-    Aplikasi MOL III ini juga bisa diberikan MOL dari urine sapi saja dengan dosis 30 liter/ Ha.
29.  Untuk wilayah endemis hama Penggerak batang, dilakukan aplikasi Pias Tricogramma pada dengan 14 lembar/ Ha. dan jika terjadi serangan bisa diaplikasikan NEP (Nematoda Enthomopatogen) dengan dosis 1 ampul / 500 m2 untuk 1 tangki kapasitas 14 liter
30.  Jika kondisi tanaman ada serangan bakteri Xantomonas, perlu dilakukan aplikasi Corine Bacterium, Beauveria bassiana untuk serangga terutama belalang, Metharizium untuk serangga terutama wereng, Verticillium untuk serangga terutama kutu-kutuan, serta fungi Tricoderma untuk mengatasi busuk batang, akar, rebah kecambah, ataupun rebah tanaman.
31.  Aplikasi pestisida kimia bisa dilakukan pada alternatif terakhir setelah aplikasi agens hayati dan pestisida nabati yang tidak bisa menguasai keadaan lapang.
40 HST
32.  Pengamatan Agroekosistem IV
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangna antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
33.  Penyiangan IV
34.  Pemupukan III
Pemupukan Anorganik diberikan sesuai rekomendasi Dinas Pertanian atau
kebiasaan petani setempat.  Salah satu contoh rekomendasi pemupukan pada usia
tanaman 40-45 HST adalah : Urea 50 kg/Ha, ZA 50 kg/Ha
35.  Penggenangan (2 cm diatas permukaan tanah)
36.  Penggunaan MOL IV
- Aplikasi MOL buah-buahan 400 cc/100 ltr. Air.
-    Aplikasi MOL IV ini juga bisa digunakan MOL dari buah maja dengan dosis 30 liter/ Ha.
37.  Untuk wilayah endemis hama Penggerak batang, dilakukan aplikasi Pias Tricogramma dengan 14 lembar/ Ha, dan jika terjadi serangan bisa diaplikasikan NEP (Nematoda Enthomopatogen) dengan dosis 1 ampul / 500 m2 untuk 1 tangki kapasitas 14 liter
38.  Jika kondisi tanaman ada serangan bakteri Xantomonas, perlu dilakukan aplikasi Corine Bacterium, Beauveria bassiana untuk serangga terutama belalang, Metharizium untuk serangga terutama wereng, Verticillium untuk serangga terutama kutu-kutuan, serta fungi Tricoderma untuk mengatasi busuk batang, akar, rebah kecambah, ataupun rebah tanaman.
39.  Aplikasi pestisida kimia bisa dilakukan pada alternatif terakhir setelah aplikasi agens hayati dan pestisida nabati yang tidak bisa menguasai keadaan lapang.
50 HST
40.  Pengamatan Agroekosistem V
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangna antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
41.  Penggunaan MOL V
-    Aplikasi MOL V ini sebagai tambahan pemberian MOL sebelumnya yaitu dengan MOL dari daun gamal dan terasi dengan dosis 30 liter/ Ha.
42.  Untuk wilayah endemis hama Penggerak batang, dilakukan aplikasi Pias Tricogramma dengan 14 lembar/ Ha, dan jika terjadi serangan bisa diaplikasikan NEP (Nematoda Enthomopatogen) dengan dosis 1 ampul / 500 m2 untuk 1 tangki kapasitas 14 liter
43.  Jika kondisi tanaman ada serangan bakteri Xantomonas, perlu dilakukan aplikasi Corine Bacterium, Beauveria bassiana untuk serangga terutama belalang, Metharizium untuk serangga terutama wereng, Verticillium untuk serangga terutama kutu-kutuan, serta fungi Tricoderma untuk mengatasi busuk batang, akar, rebah kecambah, ataupun rebah tanaman.
44.  Aplikasi pestisida kimia bisa dilakukan pada alternatif terakhir setelah aplikasi agens hayati dan pestisida nabati yang tidak bisa menguasai keadaan lapang.
45.  Pengeringan air ekstrim
60 HST
46.  Pengamatan Agroekosistem VI
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangna antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
47.  Penggunaan MOL V
-    Aplikasi MOL V ini sebagai tambahan pemberian MOL sebelumnya yaitu dengan MOL dari bonggol pisang dan terasi dengan dosis 30 liter/ Ha.
48.  Untuk wilayah endemis hama Penggerak batang, dilakukan aplikasi Pias Tricogramma dengan 14 lembar/ Ha, dan jika terjadi serangan bisa diaplikasikan NEP (Nematoda Enthomopatogen) dengan dosis 1 ampul / 500 m2 untuk 1 tangki kapasitas 14 liter
49.  Jika kondisi tanaman ada serangan bakteri Xantomonas, perlu dilakukan aplikasi Corine Bacterium, Beauveria bassiana untuk serangga terutama belalang, Metharizium untuk serangga terutama wereng, Verticillium untuk serangga terutama kutu-kutuan, serta fungi Tricoderma untuk mengatasi busuk batang, akar, rebah kecambah, ataupun rebah tanaman.
50.  Aplikasi pestisida kimia bisa dilakukan pada alternatif terakhir setelah aplikasi agens hayati dan pestisida nabati yang tidak bisa menguasai keadaan lapang.
51.  Pengairan macak-macak
70 HST
52.  Pengamatan Agroekosistem VII
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangna antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
53.  Jika kondisi tanaman ada serangan bakteri Xantomonas, perlu dilakukan aplikasi Corine Bacterium, Beauveria bassiana untuk serangga terutama belalang, Metharizium untuk serangga terutama wereng, Verticillium untuk serangga terutama kutu-kutuan, serta fungi Tricoderma untuk mengatasi busuk batang, akar, rebah kecambah, ataupun rebah tanaman.
54.  Aplikasi pestisida kimia bisa dilakukan pada alternatif terakhir setelah aplikasi agens hayati dan pestisida nabati yang tidak bisa menguasai keadaan lapang.
55.  Pengairan air macak-macak
56.  Aplikaksi MOL Buah-buahan
80 HST
57.  Pengamatan Agroekosistem VIII
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangna antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
58.  Jika kondisi tanaman ada serangan bakteri Xantomonas, perlu dilakukan aplikasi Corine Bacterium, Beauveria bassiana untuk serangga terutama belalang, Metharizium untuk serangga terutama wereng, Verticillium untuk serangga terutama kutu-kutuan, serta fungi Tricoderma untuk mengatasi busuk batang, akar, rebah kecambah, ataupun rebah tanaman.
59.  Aplikasi pestisida kimia bisa dilakukan pada alternatif terakhir setelah aplikasi agens hayati dan pestisida nabati yang tidak bisa menguasai keadaan lapang.
60.  Pengairan macak-macak
90 HST
61.  Pengamatan Agroekosistem IX
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangna antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
62.  Pengairan macak-macak
95 HST
63.  Pengamatan Agroekosistem X.
-    Dilakukan dengan pertimbangan keseimbangna antara hama dan musuh alami di ekosistem lahan.
64.  Pengeringan Ekstrim
110 HST
65.  Panen (Umur panen sesuai varietas).

Rudi Priono
Dinas Pertanian Kabupaten Jombang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar