Senin, 02 April 2012

Sekolah Lapang Iklim Kab. Jombang

Materi Sekolah Lapang Iklim Kab. Jombang

1.       Cuaca itu apa?
Keadaan fisik atmosfer pada suatu saat (waktu tertentu) di suatu tempat, yang dalam waktu singkat (pendek) berubah keadaannya, seperti panasnya, kelembabannya, atau gerak udaranya
2.       Iklim itu apa?
Peluang statistik keadaan cuaca rata-rata atau keadaan cuaca jangka panjang pada suatu daerah, meliputi kurun waktu beberapa bulan atau beberapa tahun
Musim:
Rentang waktu yang mengandung fenomena (nilai sesuatu unsur cuaca) yang dominan atau mencolok
3.       Apa yang menyebabkan cuaca ekstrim seperti saat ini?
Unsur cuaca utama :
       Suhu
       Tekanan
       Angin
       Kelembaban
       Hujan
Gas Rumah Kaca (CH4, CO2, N2O) sudah tinggi → Pemanasan Global → Cuaca ekstrim
4.       El Nino dan La Nina itu apa?
Fenomena skala besar yang sering menyebabkan terjadinya kekeringan adalah El Nino, sedangkan hujan yang berlebihan hingga menimbulkan banjir adalah La Nina.
5.       Apa itu GRK?
·         Gas yang mengambang di atmosfer, yang dapat dilewati oleh sinar/radiasi/ panas matahari, tetapi tidak dilewati oleh radiasi/panas yang dipantulkan oleh bumi ke atmosfir
·         Pada kondisi normal sebagian GRK berperan positif (selimut dan filter)
·         Konsentrasi GRK sejak lebih 60 terakhir meningkat pesat
·         (CH4, CO2, N2O)

6.       Apa dampak perubahan iklim dalam sector pertanian?
a.       Degradasi sumberdaya (lahan & air) & infrastrukur (irigasi)
                           i.                  Cekaman (Banjir/Kering),
                         ii.                  Penciutan & degradasi lahan  
b.      Sistem Produksi à Ketahanan Pangan   
                           i.                  Ancaman kekeringan & banjir à luas areal tanam & kegagalan panen, Penurunan produktivitas, produksi, mutu hasil, efisiensi, dll.
c.       Sosial & Ekonomi : kesejahteraan petani : Bersinggungan dengan petani kecil (produsen pangan) & rentan à kemiskinan

7.       Bencana apa saja yang berdampak dari perubahan iklim ekstrim ini?
          Secara global, frekuensi bencana terkait iklim meningkat
          Sejak tahun 50an, jumlah kematian akibat bencana iklim mengalami peningkatan sekitar 50% untuk setiap dekade (Kreimer and Munasinghe,1991)
          Kerugian ekonomi juga meningkat 14 kali lipat dibandingkan tahun 1950an, i.e. 50-100 juta USD (World Disaster Report, 2001)
          Diperkirakan di masa depan (2050), secara global korban jiwa akibat bencana iklim bisa mencapai 100,000 jiwa/tahun dan kerugian ekonomi mencapai 300 juta USD per tahun (SEI, IUCN, IISD, 2001).


8.       Kondisi Di Indonesia Bagaimana?
          Tahun 1907-2007 terjadi 20 bencana alam yang menimbulkan kerugian ekonomi dan korban manusia terbesar dalam periode 1907-2007 umumnya merupakan bencana alam terkait iklim, banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan dan semuanya terjadi setelah tahun 1970an,
          Frekuensi kejadian banjir, kekeringan dan kebakaran hutan di Indonesia juga mengalami peningkatan. 
          Dalam periode 2001-2004, dicatat sebanyak 530 kejadian banjir (Sumber: Data dari Depertemen PU, 2007)
          Kegagalan panen akibat bencana iklim juga meningkat, misalnya kehilangan produksi padi akibat bencana iklim dalam periode 1981-1990 sekitar 100 ribu ton per tahun, sedangkan tahun 1991-2000 meningkat menjadi 300 ribu ton per tahun (Boer dan Las, 2003)
          Persentase aliran sungai dengan debit rendah yang berpotensi menimbulkan risiko kekeringan (a) dan dengan debit tinggi yang berpotensi menimbulkan banjir (b) semakin meningkat (dianalisis dari data Loebies, 2001).
          Penelitian Rajab et al (2007) menunjukkan bahwa produksi listrik Saguling, Cirata, dan Jatiluhur menurun dengan laju 97, 65 dan 50 GWh per tahun (Rajab, 2007).  Penurunan produksi semakin besar pada tahun-tahun El-Nino


9.       Bagaimana kita menyiasati?
          Upaya Adaptasi: Menyesuaikan pola tanam dengan prakiraan musim, perbaiakn teknologi pemupukan
           Memperbaiki jaringan irigasi dan meningkatkan efisiensi penggunaan air
           Diversifikasi sistem usahatani
          Kebijakan pelarangan konversi lahan-lahan produktif
           Pengembangan sistem asuransi dan dana siaga untuk antisipasi bencana iklim
           Pengembangan daerah pertanian ke wilayah tidak rawan bencana, Varietas unggul baru, perbaikan tek. perlindungan tanaman
           Meningkatkan luas tutupan hutan wilayah tangkapan air
           Diversifikasi pangan dan peningkatan IP
          Pembangunan jaringan irigasi baru di pusat-pusat produksi pertanian


10.   Khususnya Pertanian?
A & B. Perubahan pola curah hujan & kejadian iklim ekstrim:
          perluasan areal padi sawah terkena kekeringan : dari 0.3-1,4% à 3,1-7,8% & puso dari 0.004-0,41% à 0.04-1,87%
          perluasan areal rawan banjir dari 0.75-2,68% à 0,97-2,99%, & puso dari 0,24-0,73% à 8,7-13,8%.
à   Resiko penurunan produksi meningkat dari 2,4-5% à lebih dari 10%
C. Peningkatan suhu udara à menurunkan produksi pangan (padi, jagung & kedelai) sekitar 10,0-19,5% selama 40 tahun yang akan datang
D. Peningkatan muka air laut ) s/d th 2050 à penciutan lahan & degradasi sawah produktif sekitar 292-400 ribu hektar atau 3,7% (di Jawa)
          berdampak serius terhadap pertanian di daerah pesisir à contoh : Kabupaten Karawang dan Subang à mengurangi produksi beras sekitar 300,000 ton, produksi jangung 5,000 ton akibat genangan
          Degradasi lahan & penurunan produksi akibat salintas & instrusi air laut.

11.   Tahapan pekerjaan apa yang kita lakukan?
a.          Mitigasi:
Merupakan tindakan aktif untuk mencegah/ memperlambat/menekan terjadinya perubahan iklim/pemanasan global
àUpaya penurunan emisi GRK dan/atau peningkatan kapastas wadah (sink) untuk penyerapan GRK, dll.) dengan :
·         Penerapan teknologi budidaya pertanian (pengelolaan lahan dan air, pengembangan SD genetik, limbah pertanian à energi, dll),
·         Regulasi & kebijakan pembukaan lahan baru (TTR), pengelolaan lahan & air`
·         Upaya penurunan emisi GRK dan/atau peningkatan kapastas wadah (sink) untuk penyerapan GRK, dll.) dengan :
·         Pengelolaan air irigasi berselang (intermittent irrigation)
·         Penggunaan varietas padi beremisi rendah (Ciherang, IR64, Way Apoburu, dll.)
·         Sistem tebar langsung (Tabela)
·         Pengurangan pupuk an-organik (urea atau pupuk nitrogen) & pengembangan pupuk organik.

b.         Adaptasi:
Sebagai tindakan penyesuaian kegiatan dan teknologi sesuai kondisi iklim yang diakibatkan oleh fenomena perubahan iklim/ pemanasan global
Sumberdaya, Infrastruktur/Sarana, SUT/SUA,  Teknologi Produksi, So-sek, dll
·         Manajemen : sumberdaya, infrastruktur, SUT
·         Teknologi : sistem produksi/SUT/Budidaya
·         Sikap & perilaku : adaptif pola tanam, & dalam berbagai aspek sosial & ekonomi
A. Kalender Tanam (Launchig & improving)
B. Varietas Adaptif
          VUB Toleran Kegaraman
          VUB Tahan Kering (dan umur genjah)
          VUB Tahan Ganangan
C. Teknologi Pengelolaan SD Air
D. Teknologi Pengelolaan SD Lahan/Tanah, Pemupukan, dll 

12.   Bagaimana arah kebijakan pertanian kedepan?
·         Green Economy à Green Farming/Low Carbon Development à laju pertumbuhan/emisi GRK à ICEF, SIPT/SITT, SPTLK-IK/IB
·         Inovasi SU-tani adaptif : PTT, SRI, Ekofarming, IP 200-400, dll.
·         Optimalisasi SD Lahan & Air:
a.       Peningkatan prododuktivitas & perlindungan lahan pertanian eksisting (PLPPB)
b.      Optimalisasi SD Air & jaringan irigasi
c.       Perluasan areal pertanian à tanpa deforestasi à pemanfaatan lahan terlantar (>40 juta ha),  terdegradasi & lahan tidur/bongkor

13.   Arah pengembangan teknologi?
·         Varietas Unggul : (a) Beremisi GRK rendah, (b) tahan kekeringan, (c) tahan genangan, (d) berumur genjah (ultra genjah), (d) toleran salinitas, dll
·         Inovasi teknologi pengelolaan lahan dan air : (a) pengolahan tanah, (b) sistem irigasi intermitten, (c) teknologi pengelolaan lahan gambut berkelanjutan, (d) teknologi pengomposan, dll.
·         Teknologi “zero waste” à pemanfaatan limbah (organik) pertanian : (a) biogas, (b) pengolahan limbah perkebunan, bioenergi, biogas. dll.

14.   Bagimana Upaya Dinas Pertanian Kab. Jombang menghadapi hal ini?
Dengan gerakan pertanian organic seperti yang telah kita lakukan selama ini mulai tahun  2007
Selain itu, juga Pemanfaatan peralatan dari BMKG di BPP Tembelang.

15.   Bagaimana pengelolaan Peralatan pengamatan iklim dari BMKG Tembelang?
Hasil pengamatan di laporkan pada BMKG Malang untuk diolah sehingga siap menjadi sumber informasi pertanian khususnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar